Sejarah Panjang Semangkuk Mie
(Myra Sidharta)
Dewasa ini mie merupakan makanan yang paling biasa dari makanan sehari-hari untuk semua orang, dari yang paling kaya, sampai yang paling tidak berada. Tetapi, tidak semua orang dari jutaan orang yang menyantapnya menyadari, bahwa mie sebenarnya mempunyai asal-usul 4000 tahun yang lampau di Tiongkok. Buktinya adalah mie yang ditemukan oleh sekelompok arkeolog yang mengadakan penelitian di wilayah Lajia di bagian utara Tiongkok. Lajia terkena gempa bumi yang diikuti banjir dari Huang-he atau Sungai Kuning.
Dari penggalian di antara tulang-tulang manusia dan hewan, para arkeolog menemukan juga sebuah guci yang terbalik. Di dalam guci tersebut terdapat mie berwarna kekuningan yang halus dan panjangnya kira-kira 50 centimeter. Mie ini terlihat masih segar, karena dalam guci yang terbalik itu telah terjadi suatu kevakuman udara.
Setelah diteliti dengan metode radiokarbon, usia mie tersebut diperkirakan telah 4000 tahun. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa mie terbuat dari tepung biji-bijian rumput, bukan dari tepung gandum yang lazimnya dipakai untuk mie dewasa ini.
Penemuan ini mengakhiri sebuah perselisihan mengenai asal-usul mie antara Arab, Italia, dan Tiongkok. Di Tiongkok sendiri, tulisan yang paling awal mengenai mie terdapat di sebuah buku yang ditulis pada zaman Han Timur, kira-kira antara tahun Masehi 25 sampai 220.
Mie telah dibawa ke kepulauan Nusantara oleh para pedagang Tiongkok yang datang untuk mencari rempah-rempah, tetapi kemudian menetap, terutama di pantai pesisir Utara pulau Jawa. Menurut F. de Haan yang menulis buku sejarah kota Batavia di zaman VOC, antara 1602 sampai 1799, telah terdapat banyak rumah makan dan warung mie di Batavia.
Di masa kini, kita dapat membeli mie di restoran-restoran bintang lima sampai di kereta dorongan. Mie sebagai makanan sehari-hari begitu populer sehingga setiap wilayah, kota dan bahkan jalanan mempunyai mie yang khas, seperti mie Yogya, mie Medan, cwie mie Malang, dan mie keriting dari Binjai, Sumatera. Kalau saya ke Eropa, saya harus membawa mie Gajah Mada untuk teman-teman saya. Saya merasa bangga kalau membawa oleh-oleh ini karena teman-teman sangat menikmati mie ini, dan merasa sangat kecewa kalau oleh-oleh saya ini telah habis dimakan.
Meskipun mie merupakan makan yang paling biasa, mie goreng juga merupakan yang disediakan untuk perayaan khusus, terutama untuk hari ulang tahun. Tidak ada resep khusus untuk mie perayaan ini, kecuali bahwa mie dihiasai dengan telur puyuh yang diwarnai merah. Mie dihidangkan dengan hati-hati agar tidak terpotong karena mie yang panjang berarti panjang umur, sedangkan terlur berarti hidup baru dalam usia yang baru.
(Bibliophile Edisi 2/April-Juli 2007)